background img

The New Stuff

renungan rindu ramadhan

renungan rindu ramadhan

Ramadhan - Teman, marilah kita menangis,
Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubari. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam. 
Jika itu adalah ungkapan penyesalan. 
Jika itu merupakan awal tekad untuk menyempurnakan tarawih dan Qiyamul lail kita yg centang perenang.

Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa kita adalah hamba Alloh yg lalai lagi terlena. Yang berdoa sejak 2 bulan sebelum ramadhan, yang berlatih puasa semenjak Rajab, yang rajin mengikuti tarhib Ramadhan, 
tapi sampai puasa mendekati akhir.. 
masih juga menggunjing kekhilafan teman, 
masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, 
tak juga menambah ibadah sunah, bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras.
Alloh tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kita masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa hitungan hari. Tak ada yang dapat menjamin usia kita sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang...

Menangislah, 
Untuk dosa-dosa yang belum terampuni, tapi kita masih juga menambah dengan dosa baru...

Menangislah,
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. 
Karena besok waktu akan bergerak makin cepat..
Ramadhan semakin berlari. 
Tahu-tahu sudah 10 malam terakhir dan kita belum bersiap untuk itikaf. 
Dan lembar Quran menunggu untuk dikhatamkan. 
Dan lembar rupiah menunggu untuk disalurkan melalui infaq dan zakat. 
Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...



0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts